Sabtu, 24 September 2011

YAASIINAN DAN TAHLILAN UNTUK PERINGATAN KEMATIAN ADALAH BID’AH !!!


 Telah kita maklumi bersama bahwa acara Tahlilan merupakan upacara ritual seremonial yang biasa dilakukan oleh keumuman masyarakat Indonesia untuk memperingati hari kematian. Secara bersama-sama, berkumpul sanak keluarga, handai taulan, beserta masyarakat sekitarnya, membaca beberapa ayat Al-Qur’an, dzikir-dzikir, dan disertai do’a-do’a tertentu untuk dikirimkan kepada si mayit. Karena dari sekian materi bacaannya terdapat kalimat tahlil yang diulang-ulang (ratusan kali bahkan ada yang sampai ribuan kali), maka acara tersebut dikenal dengan istilah “Tahlilan.
Acara ini biasanya diselenggarakan setelah selesai proses penguburan (terkadang dilakukan sebelum penguburan mayit), kemudian terus berlangsung setiap hari sampai hari ke-7. Lalu diselenggarakan kembali pada hari ke-40 dan ke-100, setahun, dua tahun dan ke-1000 hari, walaupun terkadang berbeda antara satu tempat dengan tempat lainnya.
QS. 67 Al-Mulk : 2
Dialah Allah Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS.Al-Mulk:2)
QS. 2 Al-Baqoroh : 216
Diwajibkan atas kamu berperang; padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu; dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS.Al-Baqoroh:216)
Atas dasar ini, mungkin kita menyangka suatu amalan yang kelihatannya itu adalah hal baik dan mulia. Namun sesungguhnya hal itu bisa saja amat buruk bagi kita.
Misalnya bid’ah-bid’ah yang ada di sekitar kita. Contohnya adalah Tahlilan dan Yaasiinan. Mungkin kita menyangka itu adalah hal yang baik dan mulia. Padahal sesungguhnya hal itu amat buruk bagi kita. Karena itu adalah bid’ah, sesat, dan tempatnya di Neraka.
Dalam hadits ‘Aisyah radhiallahu‘anha, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
Barang siapa yang beramal bukan diatas petunjuk kami, maka amalan tersebut tertolak.” (Muttafaqun alaihi, dari lafazh Muslim)
Rasulullah bersabda, “Barang siapa melakukan suatu amal (ibadah) yang tidak ada keterangannya dari kami, akan tertolak.” (HR.Ahmad dan Muslim)
Rasulullah bersabda, “Seburuk-buruk urusan adalah hal-hal baru dalam agama. Setiap hal yang baru dalam agama adalah bid’ah, setiap bid’ah merupakan kesesatan, dan setiap kesesatan adalah di Neraka.” (HR.Abu Daud dan Ibnu Majjah)
Atas dasar ini, beramal dengan dalih niat baik (istihsan) semata tanpa mencocoki sunnah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam, maka amalan tersebut tertolak. Simaklah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
QS. 18 Al-Kahfi : 103 – 104
Katakanlah: ‘Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?’ Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya. (QS.Al-Kahfi:103-104)
Lebih ditegaskan lagi dalam hadits ‘Aisyah radhiallahu ‘anha, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
Barang siapa yang beramal bukan diatas petunjuk kami, maka amalan tersebut tertolak.” (Muttafaqun alaihi, dari lafazh Muslim)
QS. 53 An-Najm : 39
Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh (pahala) selain apa yang telah diusahakannya.” (QS.An-Najm: 39)
QS. 4 An-Nisaa’ : 59
Hai orang-orang yang beriman ! Taatilah Allah dan taatilah Rasul(Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (QS.An-Nisaa’:59)

- - - -

PENGERTIAN SUNNAH DAN BID’AH
Bid’ah adalah hal-hal baru dalam agama yang harus dijauhi karena sesat, dan setiap yang sesat tempatnya di Neraka. Beberapa hadits / sunnah Nabi yang menerangkan tentang bid’ah sebagai berikut.
Dalam hadits ‘Aisyah radhiallahu‘anha, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
Barang siapa yang beramal bukan diatas petunjuk kami, maka amalan tersebut tertolak.” (Muttafaqun alaihi, dari lafazh Muslim)
Rasulullah bersabda: “Aku wasiatkan agar kalian senantiasa bertaqwa kepada Allah, senantiasa mendengar dan taat meskipun dipimpin oleh seorang budak Habasyah. Barang siapa di antara kalian nanti masih hidup, maka akan melihat banyak perselisihan pendapat. Hendaklah kalian berpegang teguh dengan Sunnahku dan Sunnah Khullafaur Rosyiddin yang mendapat petunjuk. Peganglah kuat-kuat dan jauhilah hal-hal baru dalam agama, karena setiap yang baru dalam agama adalah bid’ah, dan setiap bid’ah adalah kesesatan.
Rasulullah bersabda, “Barang siapa melakukan suatu amal (ibadah) yang tidak ada keterangannya dari kami, akan tertolak.” (HR.Ahmad dan Muslim)
Rasulullah bersabda, “Seburuk-buruk urusan adalah hal-hal baru dalam agama. Setiap hal yang baru dalam agama adalah bid’ah, setiap bid’ah merupakan kesesatan, dan setiap kesesatan adalah di Neraka.” (HR.Abu Daud dan Ibnu Majjah)
Rasulullah bersabda, “Telah kutinggalkan pada kalian 2 perkara, dan kalian tidak akan sesat selamanya jika berpegang teguh pada keduanya yaitu Kitab Allah (Al-Qur’an) dan Sunnah Rasul.”
Sunnah atau Hadits menurut bahasa adalah cara dan jalan hidup. Sedangkan pengertian sunnah menurut syari’at adalah keterangan Nabi Muhammad Sholallohu ‘alaihi Wa salam tentang Kitabullah (Al-Qur’an) dalam bentuk sikap dan perbuatan yang menjadi cara dan jalan hidup Nabi dan para shohabatnya dalam mengerjakan agama.
QS. 5 Al Maidah : 3
“….. pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu..…” (QS.Al-Maidah:3)
Berdasarkan ayat ini, menjelaskan bahwa Islam itu agama yang telah sempurna dan diridloi Allah, tidak perlu lagi direkayasa, ditambah-tambahi, atau dikurang-kurangi dalam urusan ibadah. Jadi urusan ibadah dalam Islam cukup mengikuti aturan Allah dan Rasul (Al-Qur’an dan Sunnah).
Dalam pembahasan soal Yaasiinan dan Tahlilan untuk orang yang sudah mati, untuk peringatan kematian, marilah kita menyikapi dengan kebenaran Allah dan Rasul yaitu dengan mengkaji Al-Qur’an dan Sunnah. Bukan dengan pertimbangan akal dan perasaan manusia semata.
Berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah, ternyata tradisi Yaasiinan dan Tahlilan untuk orang mati adalah “bukan ajaran Islam!!!” Bahkan termasuk bid’ah (hal baru dalam agama yang tidak dicontohkan Rasul atau para sahabatnya, bertentangan dengan Al-Qur’an, sesat dan tempatnya di Neraka) ! Bahkan menurut ke empat Madzab (Imam Syafi’i, Imam Maliki,Imam Hambali, dan Imam Hanafi), tradisi Yaasiinan dan Tahlilan untuk peringatan orang mati termasuk perbuatan Nayabah (meratapi si mayit), perbuatan Jahiliyah yang diharamkan meskipun dilakukan tanpa tangisan
Selamatan atau peringatan kematian (Tahlilan dan Yaasiinan) hukumnya “HARAM” berdasarkan ijma’ para sahabat dan mazab yang empat, karena mereka telah memasukkannya ke dalam bagian “meratap”, sedangkan meratap adalah dosa besar.
Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wa Salam bersabda:
Sesungguhnya seseorang yang mati akan disiksa (tersiksa) dengan tangis (ratapan) keluarganya pada orang yang mati itu.” (HR. Bukhari)
Dari Jalil bin Abdillah al Bajaliy, ia berkata, “Kami yakni para sahabat semuanya menganggap (menurut mazab para sahabat) bahwa berkumpul-kumpul di tempat ahli mayit dan membuat makanan sesudah dikuburnya si mayit termasuk bagian dari ‘meratap’.” (HR.Imam Ibnu Majah dan Imam Ahmad)
Imam Ibnu Qadamah di dalam kitabnya al Mughni juz 3 hal. 496-497 berkata, “Adapun ahli mayyit membuatkan makanan untuk orang banyak, maka itu suatu hal yang dibenci (haram) karena akan menambah kesusahan dan kesibukan (musibah) mereka dan menyerupai perbuatan orang-orang Jahiliyyah.”
Yang dicontohkan oleh Rasul dalam membantu keluarga yang ditimpa musibah (kematian) adalah ketika Ja’far bin Abi Thalib wafat, lalu Nabi bersabda, “Buatlah makanan untuk keluarga Ja’far karena saesungguhnya telah datang kepada mereka apa yang menyibukkan mereka yakni musibah kematian.” (Hadits Shahih Riwayat Iman Asy Syafi’i, Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majjah dan Ahmad).
Jadi menurut contoh Rasul adalah jika ada seorang mendapat musibah (kematian) sebaiknya para tetangga, teman, saudaranya membuatkan makanan untuk keluarga si mayit yang sedang kesusahan pada hari kematiannya, dan malam harinya supaya dapat mengenyangkan mereka. Bukan sebaliknya keluarga si mayit yang dalam keadaan susah / sedih malah ditambah bebannya dengan tradisi peringatan kematian “Yaasiinan dan Tahlilan” yang jelas membutuhkan tenaga, waktu, fikiran dan uang !!!
Kewajiban bersama (fardlu kifayah) Muslim terhadap orang Muslim yang mati adalah memandikan, mengkafani, mensholatkan, dan menguburkan. Ada pun hak orang Muslim yang mati adalah dimandikan, dikafani, disolatkan dan dikuburkan. Tidak perlu ditambah acara “Yaasiinan dan Tahlilan !!!”
Jika dikaji dengan Al-Qur’an, sebenarnya Yaasiinan untuk peringatan orang mati sangat bertentangan atau menyalahi makna surah Yasiin QS. 36 Yaasiin ayat 69 – 70 :
Dan Kami tidak mengajarkan syair kepadanya (Muhammad), dan bersyair itu tidaklah layak baginya. Al-Qur’an itu tidak lain hanyalah pelajaran dan Kitab yang memberi penerangan. Supaya dia (Muhammad) memberi peringatan kepada orang-orang yang hidup (hatinya) dan supaya pastilah (ketetapan azab) terhadap orang-orang kafir.” (QS.Yaasiin:69-70)
Jadi Al-Qur’an itu disampaikan oleh Muhammad adalah sebagai peringatan untuk orang hidup (hatinya), bukan untuk peringatan orang mati ! Keliru jika Yaasiin dibacakan untuk orang yang mati. Allah menjelaskan dalam Surat Yaasiin ayat 70: “orang yang hidup hatinya”, artinya jangankan orang yang jelas telah mati bahkan sesungguhnya orang hidup yang hatinya tidak dipakai untuk memahami kebenaran Al-Qur’an maka sebenarnya dalam pandangan Allah orang itu sudah MATI.
Al-Qur’an termasuk surah Yaasiin adalah bacaan untuk orang hidup supaya orang yang masih hidup bisa mengkaji, memahami, mengambil pelajaran / mendapat petunjuk dari Al-Qur’an dan selanjutnya mengamalkannya. Sehingga hidup dan matinya (dunia dan akheratnya) bisa selamat dan diridloi Allah.
Selain itu membaca surah Yaasiin lalu meyakini kiriman pahalanya diterima oleh si mayit sebagai upaya meringankan dosa si mayit, melanggar:
QS. 36 Yaasiin : 54
Maka pada hari itu seseorang tidak akan dirugikan sedikitpun dan kamu tidak dibalasi kecuali dengan apa yang telah kamu kerjakan.” (QS.Yaasiin:54)
Dari surah Yaasiin ayat 54 sendiri dijelaskan bahwa seseorang hanya dibalasi dengan apa yang telah dikerjakannya. Jelas tidak mungkin orang yang mati yang sudah tidak bisa ikut membaca, mendengarkan Yaasiinan, Tahlilan, bisa mendapatkan pahala Yaasiinan Tahlilan yang diamalkan oleh orang-orang yang hidup. Mengapa sudah dijelaskan oleh Allah dalam Al-Qur’an tetapi masih banyak orang Islam yang ngotot, ngeyel, dengan sengaja membuang-buang waktu, tenaga, pikiran, dan uang untuk melanggar aturan / mendurhakai Allah?! Apakah mereka merasa lebih hebat dari Allah?!
Itulah akibatnya jika Al-Qur’an sudah ditinggalkan, disepelekan, tidak dipelajari dan tidak dijadikan tutunan orang Islam sendiri. Akhirnya mereka mudah disesatkan dan menyesatkan orang lain.
Mengapa banyak orang mengaku Islam tetapi ibadahnya dan aktifitas hidupnya jauh keluar dari Islam?
Jawabnya:
1.Karena Al-Qur’an sudah ditinggalkan oleh umat Islam sendiri.
2.Al-Qur’an tidak pernah lagi dibaca apalagi dipelajari artinya.
3.Al-Qur’an sekedar dibaca saja tanpa dimengerti arti dan isinya.
4.Al-Qur’an sudah dimengerti arti dan isinya tetapi tidak diamalkan.
KESIMPULAN :
Pertama: Bahwa berkumpul-kumpul ditempat ahli mayit hukumnya adalah BID'AH, dengan kesepakatan para Shahabat dan seluruh imam dan ulama', termasuk di dalamnya imam empat.
Kedua: Akan bertambah bid'ahnya apabila ahli mayit membuatkan makanan untuk para pen-ta'ziyah.
Ketiga: Akan lebih bertambah lagi bid'ahnya apabila di rumah ahli mayyit diadakan Tahlilan pada hari pertama dan seterusnya
Keempat: Perbuatan yang mulia dan terpuji menurut SUNNAH NABI Shallallahu ‘alaihi wa sallam yakni kaum kerabat / sanak famili dan para jiran / tetangga memberikan makanan untuk ahli mayit yang sekiranya dapat mengenyangkan mereka untuk mereka makan sehari semalam. Ini berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika Ja'far bin Abi Thalib wafat:
"Buatlah makanan untuk keluarga Ja’far! Karena sesungguhnya telah datang kepada mereka apa yang menyibukakan mereka (yakni musibah kematian)." [Hadits Shahih, riwayat Imam Asy Syafi'i (I/317), Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad (I/205)]

AL-QUR’AN BUKAN UNTUK ORANG ISLAM SAJA TETAPI UNTUK SEMUA MANUSIA
QS. 3 Ali-‘Imron : 138
(Al-Qur’an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS.Ali-‘Imron:138)
QS. 25 Al-Furqon : 1
Maha Suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqaan (Al-Qur’an) kepada hamba-Nya, agar dia (Al-Qur’an) menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam.”[1] (QS.Al-Furqon:1)
QS. 45 Al-Jatsiyah : 20
Al-Qur’an ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini.” (QS.Al-Jatsiyah:20)
Meskipun Al-Qur’an ditulis dalam bahasa Arab, bukan berarti hanya untuk orang Arab saja. Al-Qur’an itu petunjuk Allah, “rahmatan lil ‘alamin = rahmat bagi semesta alam.” Al-Qur’an itu sumber kebenaran bagi seluruh manusia di bumi ini.
Kebenaran berita Al-Qur’an dapat dirasakan oleh siapa pun manusianya dan apa pun agamanya. Al-Qur’an adalah jalan yang lurus (ihdinas shirotol mustaqiim). Mustahil manusia bisa hidup lurus dan selamat tanpa Al-Qur’an. Seandainya manusia bisa baik tanpa Al-Qur’an pasti Allah tidak akan menurunkan Al-Qur’an dan mengutus nabi Muhammad ke dunia ini.
Pernyataan dari Allah bahwa Muhammad Sholallohu ‘alaihi wa salam itu benar-benar seorang Rasul yang membawa Al-Qur’an (sebagai) wahyu dari Allah, bisa dibaca dalam:
QS. 36 Yaasin : 1 – 5
Yaa siin. Demi Al-Qur’an yang penuh hikmah, sesungguhnya kamu salah seorang dari rasul-rasul, (yang berada) di atas jalan yang lurus, (sebagai wahyu) Yang diturunkan oleh yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang.” (QS.Yaasiin:1-5)
Gunanya Al-Qur’an diturunkan kepada Muhammad Sholallohu‘alaihi wa salam agar beliau memberi peringatan kepada kaum yang bapak-bapak mereka belum pernah diberi peringatan, karena mereka itu lalai.
QS. 36 Yaasiin : 6
“Agar kamu memberi peringatan kepada kaum yang bapak-bapak mereka belum pernah diberi peringatan. Karena itu mereka lalai.” (QS.Yaasiin:6)
Jadi berdasarkan isi surah Yaasiin di atas Allah telah memberitahukan kepada manusia bahwa bapak-bapak (nenek moyang) kita dahulu termasuk orang-orang yang lalai karena belum mendapat peringatan. Oleh karena itu, “Janganlah mengikuti orang-orang lalai !”
Keliru dan sesat jika kita beramal ibadah hanya mengikuti kebiasaan (adat-istiadat) nenek moyang yang jelas lalai dan belum mendapat peringatan.

KECELAKAAN BESAR JIKA MENGAKU ISLAM TAPI IBADAHNYA DAN AKTIFITAS HIDUPNYA JAUH DARI AL-QUR’AN
Al-Qur’an jangan hanya dibaca tulisan arabnya saja tanpa dipahami arti dan isinya. Jika artinya saja tidak pernah dipahami, bagaimana mungkin bisa mengamalkannya?! Maka akibatnya beramal tanpa ilmu adalah taqlid. Yaitu beribadah asal mengikuti tradisi nenek moyang meskipun sesat dan bertentangan dengan kebenaran Allah.
Seandainya orang yang kita cintai menyurati kita dengan bahasa asing, misalnya bahasa Jepang. Sementara kita sendiri tidak pernah mempelajari bahasa tersebut. Maka apakah kita bisa tahu isi suratnya? Al-Qur’an bukan surat cinta biasa, bukan buatan manusia. Al-Qur’an adalah surat-surat cinta dari Allah untuk semua manusia supaya hidupnya selamat, mulia dan bahagia di dunia sampai kelak di akherat. Bagaimana kita bisa tahu isi Al-Qur’an dan bagaimana mungkin kita bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah, mana yang merupakan perintah, mana yang merupakan larangan Allah jika Al-Qur’an tidak pernah dibaca, dipelajari dan dipahami?! Padahal Allah memberikan kemudahan kepada siapa saja untuk mempelajari Al-Qur’an, tidak terbatas usia tua atau muda. Terjemahan Al-Qur’an sudah tersedia dalam semua bahasa di dunia.
Al-Qur’an adalah jalan lurus, jalan keselamatan, pembeda yang haq dan yang bathil, jalan menuju taqwa dan meraih Syurga, tercantun dalam:
QS. 86 Ath-Thariq : 13
Sesungguhnya Al-Qur’an itu benar-benar firman yang memisahkan antara yang haq dan yang bathil. (QS.Ath-Thoriq:13)
QS. 6 Al-An’am : 55
“Dan demikianlah Kami terangkan ayat-ayat Al-Qur’an (supaya jelas jalan orang-orang yang saleh, dan supaya jelas (pula) jalan orang-orang yang berdosa.” (QS.Al-An’am:55)
QS. 5 Al-Maidah : 16
Dengan Kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan; dan (dengan Kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus. (QS.Al-Maidah:16)
Dan Syurga Allah tidak dapat dibeli oleh harta atau banyaknya anak dan kemuliaan di dunia. Tetapi Syurga itu hanya dapat diraih dengan taqwa (beriman dan beramal shaleh). Amalan yang sholeh ialah amal / ibadah yang sesuai dengan Al-Qur’an dan Sunnah. Banyak orang yang menginginkan Syurga tetapi tidak menempuh jalan menuju Syurga. Sebaliknya yang diikuti ialah jalan yang sesat menuju Neraka. Jangan bermimpi meraih Syurga jika tidak menempuh jalan sesuai dengan Al-Qur’an dan Sunnah !

JANGAN MEYAKINI DAN MENGIKUTI KEBENARAN SELAIN KEBENARAN ALLAH DAN RASUL, DAN JANGAN BERIBADAH SECARA TAQLID (MENGIKUTI TRADISI / ADAT BUDAYA NENEK MOYANG) YANG BERTENTANGAN DENGAN ALLAH DAN RASUL
Beribadah dalam Islam itu bukan taqlid (asal mengikuti tradisi / adat-istiadat nenek moyang), apalagi jika adat itu melanggar ketentuan Allah (Al-Qur’an dan Sunnah). Beribadah yang benar dalam Islam cukup mengikuti petunjuk Allah dan Rasul, yaitu Al-Qur’an dan Sunnah.
Ketaatan yang dibalas dengan Syurga itu bukan ketaatan pada nenek moyang, pimpinan, orang tua, suami, isteri, teman, tetangga dan sebagainya. Tetapi hanyalah ketaatan murni pada Allah dan Rasul. Jangan taati manusia siapa pun yang mendurhakai Allah dan Rasul, yang berpaling dan tidak mau mengikuti Al-Qur’an dan Sunnah !
QS. 6 Al-An’am : 116
“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah)[2].” (QS.Al-An’am:116)
QS. 23 Al-Mu’minun : 34
“Dan sesungguhnya jika kamu sekalian mentaati manusia yang seperti kamu, niscaya bila demikian, kamu benar-benar (menjadi) orang-orang yang merugi.” (QS.Al-Mu’minun:34)
Jadi jangan sekali pun mentaati, mengikuti, takut atau tunduk pada manusia yang menentang Allah dan Rasul, sekali pun manusia tersebut sosok pemimpin yang hebat ! Entah presiden, menteri, boss, orangt ua, kyai, konglomerat, kaya, keluarga atau saudara. Jika ada ketaatan manusia yang melebihi ketaatan pada Allah dan Rasul berarti itu adalah kemusyrikan yang diancam oleh Allah dengan Neraka. Kemusyrikan (syirik) adalah dosa besar yang tidak diampuni Allah, menghapus seluruh amal, dan menjerumuskan pelaku ke Neraka.

TAAT KEPADA ALLAH DAN RASUL ADALAH BUKTI CINTA PADA ALLAH DAN RASUL
QS. 4 An-Nisaa’ : 13 – 14
“(Hukum-hukum tersebut) itu adalah ketentuan-ketentuan dari Allah. Barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam syurga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah kemenangan yang besar. Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan rasul-Nya dan melanggar ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka, sedang ia kekal di dalamnya; dan baginya siksa yang menghinakan.” (QS.An-Nisaa’:13-14)
QS. 24 An-Nuur : 52
Dan barang siapa yang taat kepada Allah dan rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang-orang yang mendapat kemenangan[3].” (QS.An-Nuur:52)
QS. 4 An-Nisaa’ : 69
“Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin[4], orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.” (QS.An-Nisaa’:69)
QS. 59 Al-Hasyr : 7
“Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada RasulNya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota, maka adalah untuk Allah, untuk rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.” (QS.Al-Hasyr:7)
QS. 33 Al-Ahzab : 36
Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan RosulNya telah menetapkan suatu ketetapan, maka ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan RosulNya, maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.” (QS.Al-Ahzab:36)

AL-QUR’AN (TERMASUK SURAT YAASIIN) BUKAN BACAAN UNTUK ORANG MATI. KELIRU DAN PERCUMA JIKA AL-QUR’AN DIBACAKAN UNTUK ORANG MATI, KARENA ORANG MATI TIDAK BISA MENDENGAR !
QS. 35 Fathir : 22
“Dan tidak (pula) sama orang-orang yang hidup dan orang-orang yang mati. Sesungguhnya Allah memberi pendengaran kepada siapa yang dikehendaki-Nya; dan kamu sekali-kali tiada sanggup menjadikan orang yang didalam kubur dapat mendengar[5].” (QS.Fathir:22)
Bagi orang yang sudah mati atau di dalam kubur mendengar saja sudah tidak bisa, apalagi memahami dan mengamalkan Al-Qur’an ! Sedangkan Al-Qur’an sendiri adalah bukan cuma sekedar bacaan orang hidup, melainkan pelajaran, petunjuk, peringatan untuk diamalkan oleh orang yang hidup agar ibadah dan aktifitas hidupnya sesuai / cocok dengan Al-Qur’an.

KUBURAN BUKANLAH TEMPAT UNTUK MEMBACA AL-QUR’AN APALAGI MENAMATKAN (KHATAMAN)
Sabda Rasulullah, “Janganlah kamu jadikan rumah-rumahmu seperti kuburan.” Maksudnya rumah yang di dalamnya tidak dipakai untuk untuk sholat atau membaca Al-Qur’an, seperti “kuburan.”
Kenyataannya sampai saat ini masih banyak orang yang membacakan Al-Qur’an di kuburan bahkan menghatamkan Al-Qur’an di kuburan. Padahal sudah jelas diterangkan dalam Al-Qur’an maupun hadits bahwa Al-Qur’an bukanlah untuk orang yang mati, dan orang mati tidak dapat mendengar, serta kuburan bukanlah tempat untuk membaca dan menghatamkan Al-Qur’an.
Orang-orang yang masih melakukan hal yang keliru ini mungkin belum ada yang memberitahu. Tapi orang-orang yang sudah tahu tetapi tidak mau tahu maka mereka itu jelas-jelas membantah / mendurhakai Allah dan Rasul. Padahal sudah jelas bahwa orang yang mendurhakai Allah dan Rasul tempatnya adalah di Neraka !

ASAL USUL YAASIINAN DAN TAHLILAN ADALAH KEPERCAYAAN ANIMISME DAN DINAMISME YANG PERCAYA BAHWA ROH ORANG MATI ITU GENTAYANGAN
Sebelum agama Islam masuk telah ada kepercayaan Animisme dan Dinamisme yang dianut oleh masyarakat Indonesia. Menurut kepercayaan tersebut bahwa orang mati rohnya masih bergentayangan / berkeliaran di bumi sampai hari ke-7, lalu akan meninggalkan bumi dan akan kembali pada hari-hari tertentu misalnya hari ke-40, ke-100, setahun, ke-1000. Berdasarkan kepercayaan tersebut maka mereka biasa memuja roh orang-orang mati dengan membaca mantera-mantera atau jampi dengan disertai sesaji dan taburan bunga / kembang 7 rupa, sebagai sesaji persembahan bagi arwah yang meninggal.
Setelah Islam masuk melalui para ulama yang berdagang di Indonesia maka masyarakat diajak memeluk Islam, dan kepercayaan tentang roh gentayangan yang sangat bertentangan dengan Islam tersebut dihapus secara perlahan. Langkah awal adalah dengan mengganti bacaan (mantera) dengan kalimat thoyibah seperti dengan bacaan tahlil: “Laa illaha illalloh.” Sebenarnya tujuan inti para ulama tersebut adalah menghapus tradisi tersebut secara menyeluruh dan mengajak mereka mentaati ajaran Islam yang sempurna dengan berpedoman pada Al-Qur’an dan Sunnah.
Sebelum tujuan para ulama terwujud, banyak di antara mereka yang keburu wafat, karena usianya semakin tua atau karena sakit. Sayangnya justru generasi berikutnya yang tidak tahu tujuan inti para ulama (menghapus tradisi pengiriman bacaan untuk para arwah) malah justru melestarikan tradisi tersebut). Jadi karena ketidaktahuan generasi itulah yang menyebabkan tradisi kepercayaan animisme-dinamisme tentang pemujaan roh berlanjut menjadi tradisi Yaasiinan dan Tahlilan untuk peringatan kematian sampai sekarang ini. Bahkan tradisi menabur bunga 7 rupa setiap Kamis (malam Jum’at) di tempat-tempat tertentu dan hari-hari tertentu di tempat-tempat keramat masih kita jumpai. Marilah kita kembali pada ajaran Islam yang murni yang bersumber pada Al-Qur’an dan Sunnah !

ORANG MATI TIDAK GENTAYANGAN DI BUMI (TIDAK KEMBALI PADA KELUARGANYA).  JANGAN TAKUT KEPADA YANG MATI, TETAPI TAKUTLAH KEPADA ALLAH !
QS. 2 Al-Baqoroh : 154
Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu ) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup[6], tetapi kamu tidak menyadarinya.(QS.Al-Baqoroh:154)
QS. 39 Az-Zumar : 42
“Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan[7]. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir.” (QS.Az-Zumar:42)
QS. 36 Yaasiin : 50
“Lalu mereka tidak kuasa membuat suatu wasiat pun dan tidak (pula) dapat kembali kepada keluarganya.” (QS.Yaasiin:50)

JANGAN BERTANYA TENTANG ROH, ROH ITU PERKARA GHAIB DAN URUSAN ALLAH, HANYA ALLAH YANG TAHU RAHASIA YANG GAIB
QS. 20 Thoohaa  : 74
“Sesungguhnya barangsiapa datang kepada Tuhannya dalam keadaan berdosa, maka sesungguhnya baginya neraka Jahannam. Ia tidak mati di dalamnya dan tidak (pula) hidup[8].” (QS.Thoohaa:74)

KEADAAN ORANG YANG MATI DENGAN MEMBAWA IMAN DAN AMAL SHOLEH
QS. 20 Thoohaa : 75-76
“Dan barangsiapa datang kepada Tuhannya dalam keadaan beriman lagi sungguh-sungguh telah beramal saleh, maka mereka itulah orang-orang yang memperoleh tempat-tempat yang tinggi (mulia). (Yaitu) syurga 'Adn yang mengalir sungai-sungai di bawahnya. Mereka kekal di dalamnya. Dan itu adalah balasan bagi orang yang bersih (dari kekafiran dan kemaksiatan).” (QS.Thoohaa:75-76)

DOSA ITU TIDAK BISA DIBAGI-BAGI SUPAYA DIRINGANKAN SIKSANYA SEKALIPUN PADA KELUARGANYA
QS. 35 Fathir : 18
“Dan orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain[9]. Dan jika seseorang yang berat dosanya memanggil (orang lain) untuk memikul dosanya, itu tiadalah akan dipikulkan untuknya sedikitpun meskipun (yang dipanggilnya itu) kaum kerabatnya. Sesungguhnya yang dapat kamu beri peringatan hanya orang-orang yang takut kepada azab Tuhannya, (sekalipun) mereka tidak melihat-Nya[10], dan mereka mendirikan sembahyang. Dan barang siapa yang mensucikan dirinya, sesungguhnya ia mensucikan dirinya untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan kepada Allah-lah kembali(mu).” (QS.Fathir:18) 
QS. 53 An-Najm : 38
“(Yaitu) bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain.” (QS.An-Najm:38)

MESKIPUN DIMINTAKAN AMPUN 70X, DOSA KEKAFIRAN YANG DIBAWA MATI TIDAK DIAMPUNI ALLAH, APALAGI HANYA DENGAN TRADISI YAASIINAN DAN TAHLILAN YANG RITUALNYA MASIH BISA DIHITUNG DENGAN JARI (TIDAK SAMPAI 70X)
QS. 63 Al-Munaafiquun : 6
Sama saja bagi mereka, kamu mintakan ampunan atau tidak kamu mintakan ampunan bagi mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” (QS.Al-Munafiquun:6)
QS. 9 At-Taubah : 80
Kamu memohonkan ampun bagi mereka atau tidak kamu mohonkan ampun bagi mereka (adalah sama saja). Kendatipun kamu memohonkan ampun bagi mereka tujuh puluh kali, namun Allah sekali-kali tidak akan memberi ampunan kepada mereka. Yang demikian itu adalah karena mereka kafir kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik.” (QS.At-Taubah:80)
Kafir   : tidak beriman kepada Allah, tidak beriman kepada ayat-ayat Allah (Al-Qur’an)
Fasik   : tidak memperdulikan ayat-ayat Allah, mengolok-olok atau menyepelekkan Al-Qur’an

DOSA ITU TIDAK DAPAT DITEBUS SEKALIPUN DENGAN EMAS SEPENUH BUMI ATAU DIMINTAKAN AMPUN OLEH SEMUA MANUSIA DI BUMI, APALAGI HANYA DENGAN YAASIINAN ATAU TAHLILAN BERSAMA ORANG SEKAMPUNG
QS. 3 Ali-‘Imron : 10
Sesungguhnya orang-orang yang kafir, harta benda dan anak-anak mereka, sedikitpun tidak dapat menolak (siksa) Allah dari mereka. Dan mereka itu adalah bahan bakar api neraka.” (QS.Ali-‘Imron:10)
QS. 3 Ali-‘Imron : 91
Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan mati sedang mereka tetap dalam kekafirannya, maka tidaklah akan diterima dari seseorang di antara mereka emas sepenuh bumi, walaupun dia menebus diri dengan emas (yang sebanyak) itu. Bagi mereka itulah siksa yang pedih dan sekali-kali mereka tidak memperoleh penolong.” (QS.Ali-‘Imron:91)
QS. 70 Al-Ma’arij : 11 – 14
Sedang mereka saling memandang. Orang kafir ingin kalau sekiranya dia dapat menebus (dirinya) dari azab hari itu dengan anak-anaknya, dan isterinya dan saudaranya, dan kaum familinya yang melindunginya (di dunia), dan orang-orang di atas bumi seluruhnya. Kemudian (mengharapkan) tebusan itu dapat menyelamatkannya. Sekali-kali tidak dapat. Sesungguhnya neraka itu adalah api yang bergejolak.” (QS.Al-Ma’arij:11-14)

ORANG YANG MATI DENGAN MEMBAWA AMAL SHALEH, DISAMBUT DENGAN SYURGA DAN KENIKMATAN BERTEMU DENGAN ALLAH
QS. 10 Yunus : 26
Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya[11]. Dan muka mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula) kehinaan[12]. Mereka itulah penghuni syurga. Mereka kekal di dalamnya.” (QS.Yunus:26)
QS. 36 Yaasiin : 55 – 56
Sesungguhnya penghuni syurga pada hari itu bersenang-senang dalam kesibukan (mereka). Mereka dan isteri-isteri mereka berada dalam tempat yang teduh, bertelekan di atas dipan-dipan.” (QS.Yaasiin:55-56)
QS.  89 Al-Fajr : 27 – 30
Hai jiwa yang tenang ! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam syurga-Ku.” (QS.Al-Fajr:27-30)
QS. 3 Ali-‘Imron : 169 – 170
Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup[13] di sisi Tuhannya dengan mendapat rezki. Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka[14], bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS.Ali-‘Imron:169-170)

JANGAN CEMASKAN YANG SUDAH MATI ! JUSTRU KITA YANG MASIH HIDUP HARUS LEBIH CEMAS TERHADAP AMAL DAN DOSA DIRI SENDIRI
Keliru jika kita yang masih hidup terlalu bersedih menangisi, mencemaskan orang yang sudah mati. Orang yang sudah mati meskipun ditangisi dengan air mata darah tidak bisa kembali lagi ke dunia ini. Dunia bukanlah tempat keabadian, bukan Syurga atau Neraka. Apa yang ada di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah akan abadi dan kekal. Kematian adalah batas akhir dari ujian hidup seseorang dan saatnya menerima balasan dari hasil perbuatan hidup selama di dunia. Kematian bukan saat untuk bertobat dan beramal, tetapi selesainya semua urusan di dunia dan saat memetik hasilnya.
Dunia adalah tempat ujian hidup bagi manusia. Kematian adalah tanda selesainya ujian hidup. Allah adalah pengawas dan penilai hasil ujiannya. Syurga dan Neraka adalah balasan atas hasil ujian. Jika nilai amalnya besar, dinyatakan lulus masuk Syurga. Namun jika amalnya sedikit, dinyatakan tidak lulus terjerumus ke Neraka selama-lamanya. Perhitungan nilai amal oleh Allah sangat tepat dan adil, tidak bisa diganggu gugat, karena Allah menguasai Hari Pembalasan (Maliki Yaumiddiin).
Bagi orang yang mati dengan membawa banyak dosa, maka tidak ada lagi kesempatan bertobat, dan siksa Allah tidak dapat ditebus dengan emas sepenuh bumi, atau oleh semua manusia di bumi. Allah itu Hakim yang adil, tidak bisa disuap atau disogok dengan apa pun dan oleh siapa pun.
Sesungguhnya bagi yang beramal sholeh, kematian justru baik baginya karena saatnya bergembira dalam keabadian menikmati Syurga dengan segala kenikmatannya. Apa pun yang disediakan oleh Allah di Syurga jauh lebih baik dibandingkan dengan keadaan di dunia.

BERDO’A UNTUK ORANG MATI DENGAN TRADISI YAASIINAN DAN TAHLILAN ADALAH MENCAMPUR-ADUKKAN YANG HAQ DENGAN YANG BATHIL !!!
Kesempurnaan Islam di antaranya adalah saling mendo’akan satu sama lain, baik terhadap yang masih hidup atau pun yang mati. Jadi tanpa harus disuruh atau diundang datang ke rumah pun sebenarnya sesama Muslim dan mukmin sudah saling mendo’akan, “Allahummagfir minal muslimin wal muslimat, wal mukminina wal mukminat, al ahyaa I minhum wal amwaat.” Bahkan ketika kita menyolatkan jenazah, dituntunkan oleh Rasulullah untuk mendo’akan si mayit.
Tetapi berdo’a untuk si mayyit dengan tradisi Yaasiinan dan Tahlilan adalah mencampur-adukkan antara yang haq (benar) dan bathil (salah). Allah melarang keras hal itu !
QS 2 Al-Baqoroh : 42
Dan janganlah kamu mencampur-adukkan yang haq dengan yang bathil, dan janganlah kamu sembunyikan yang haq itu[15], sedang kamu mengetahui.” (QS.Al-Baqoroh:42)

BERDO’ALAH KEPADA ALLAH, JANGAN BERPALING DARI ALLAH
Allah itu dekat dan tidak pelit, dan Maha Mengabulkan do’a dengan syarat manusia yang berdo’a / meminta kepada Allah itu selalu mentaati perintah-Nya. Jadi, sebaiknya meminta kepada Allah itu dengan cara langsung (diri sendiri yang minta pada Allah, bukan meminta / menyuruh-nyuruh orang lain mendo’akan / memohonkan kepada Allah). Bukan Allah yang membutuhkan manusia, tetapi manusia-lah yang membutuhkan pertolongan Allah. Dan Allah tidak suka diperintah oleh manusia. Allah itu Rajanya manusia (Malikinnaas) dan sembahan manusia (ilaahinnaas). Manusia-lah yang harus mengikuti aturan Allah, bukan Allah yang diatur manusia!
Manusia itu sombong dan keterlaluan. Jika diseru Allah, tidak mau mendengar, tidak mau patuh pada perintah Allah, padahal manusia yang sangat membutuhkan Allah. Dan lebih keterlaluan lagi yaitu berdo’a (meminta kepada Allah) saja menyuruh pada orang lain, sedangkan dia sendiri berpaling.
QS. 2 Al-Baqoroh : 186
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah) bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepada-Ku. Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS.Al-Baqoroh:186)

BERDO’A DAN BERDZIKIR ADA TATA CARANYA YANG DIATUR ALLAH. JADI JANGAN BENGAK-BENGOK, KARENA ALLAH ITU TIDAK TULI !!!
QS. 7 Al-A’rof : 55
Berdo’alah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas[16].” (QS. Al-A’rof:55)
QS.7 Al-A’rof : 205
Dan sebutlah (nama) Tuhannmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.” (QS.Al-A’rof:205)
QS. 20 Thoohaa : 7
Dan jika kamu mengeraskan ucapanmu, maka sesungguhnya Dia mengetahui rahasia dan yang lebih tersembunyi[17].
QS. 33 Al-Ahzab : 41-42
Hai orang-orang yang beriman! Berzdikirlah (dengan menyebut Nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang.” (QS.Al-Ahzab:41-42)

TAHLIL ITU BUKAN UNTUK ORANG MATI. YANG DIPERINTAH ALLAH UNTUK BERDZIKIR ADALAH ORANG HIDUP, BUKAN ORANG MATI
Berdzikir tidak harus diritualkan saat ada orang mati sebagai peringatan kematian. Dan yang diperintahkan Allah untuk berdzikir adalah bukan orang mati, tetapi orang hidup. Supaya orang yang hidup dengan dzikir: “Laa ilaaha illallaah = tidak ada Tuhan selain Allah”, aktifitas hidup dan ibadahnya jauh dari kemusyrikan (menyekutukan Allah).
Sebaik-baik dzikir adalah ucapan tahlil (“laa illaa ha illallah = tidak ada tuhan selain Allah”). Banyak orang yang getol rajin Tahlilan tetapi juga berbuat syirik (meminta pertolongan kepada selain Allah, mengadakan tandingan bagi Allah), seperti ke dukun, minta tolong dukun, yang berkedok kyai (dengan menjual ayat-ayat Allah), orang pintar, percaya tahayul, tuyul, hantu gentayangan, penampakan, jimat-jimat, tempat keramat, dll. Semua itu bertentangan dengan kebenaran Allah dan rasul, semua perkara ghaib itu hanya Allah yang tahu.
Apa gunanya mulut berdzikir tetapi kalau diajak taat kepada Allah dan Rasul malah menyingkir? Banyak manusia yang tergesa-gesa segera datang jika diseru atau dipanggil sesama manusia, baik itu bossnya, pimpinannya, atau lainnya. Tetapi saat diseru oleh Allah lewat kumandang adzan, banyak yang tidak memperdulikan, bahkan tidak mau memenuhi seruan Tuhan. Allah sangat diremehkan, disepelekan, dilupakan bahkan dianggap tidak ada karena tidak dapat dilihat oleh mata. Bahkan mereka lupa pada yang memberi hidup dan yang akan mengakhiri hidup. Manusia yang melupakan Allah, maka Allah akan membuat mereka lupa akan dirinya sendiri (manusia yang lupa diri).
Wahai Manusia!
“Apakah Tuhan yang tidak tampak oleh matamu, lengah dari mengawasi perbuatanmu?”
“Nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan hingga kamu durhaka kepada Allah?”
Manusia itu melampaui batas, keterlaluan dan lalai. Allah menyuruh berdo’a dan berdzikir menyebut nama-Nya dengan suara yang lembut, tidak mengeraskan suara. Tetapi kenyataannya yang sering diamalkan oleh orang-orang yang gemar Tahlilan adalah dzikir dengan beramai-ramai, bengak-bengok seperti membentak Allah: “laa ilaa ha illallah!” Sudah teriak-teriak, ditambah geleng-geleng kepala lagi ! Keliru dan dosa jika perbuatan melanggar ayat-ayat Allah, membangkang / mendurhakai Allah seperti itu yang dianggap tradisi Islami yang baik dan terus dilestarikan.
Terbukti kata Rasululloh suatu saat nanti Islam hanya tinggal namanya. Al-Qur’an hanya tinggal tulisan / bacaaannya, dan masjid-masjid ramai dengan ibadah yang menyimpang dari tuntunan Islam sendiri. Banyak orang yang bangga dengan Islamnya, tapi saat diajak kembali taat pada ajaran Isam yang murni yaitu Al-Qur’an dan Sunnah, mereka berpaling dan melarikan diri, pergi menjauh karena benci. Bahkan orang-orang yang benar-benar lurus beribadah dengan mengamalkan Al-Qur’an dan Sunnah, banyak yang dimaki, dibenci, dimusuhi dan diusir oleh orang-orang Islam sendiri.

BACAAN YAASIIN DAN TAHLIL TIDAK SAMPAI PAHALANYA UNTUK ORANG MATI. PAHALA ITU TIDAK BISA DIKIRM-KIRIM MENURUT PERKIRAAN MANUSIA. PAHALA ITU MENURUT KETENTUAN ALLAH
QS. 4 An-Nisaa’ : 123
(Pahala dari Allah) itu bukanlah menurut angan-anganmu (manusia) yang kosong dan tidak (pula) menurut angan-angan ahli Kitab. Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak mendapat pelindung dan tidak (pula) penolong baginya selain dari Allah.” (QS.An-Nisaa’:123)
QS. 6 Al-An’am : 132
Dan masing-masing orang memperoleh derajat-derajat (seimbang) dengan apa yang dikerjakannya. Dan Tuhanmu tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.” (QS.Al-An’am:132)
QS. 53 An-Najm : 39
Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.” QS.An-Najm:39)
QS. 36 Yaasiin : 54
Dan Kami jadikan padanya kebun-kebun kurma dan anggur, dan Kami pancarkan padanya beberapa mata air.” (QS.Yaasiin:54)
QS. 41 Fushshilat : 46
Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh, maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka (dosanya) untuk dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Rabb-mu menganiaya hamba-hambaNya.” (QS.Fushshilat:46)
QS. 28 Al-Qoshosh : 84
Barangsiapa yang datang dengan (membawa) kebaikan, maka baginya (pahala) yang lebih baik daripada kebaikannya itu; dan barangsiapa yang datang dengan (membawa) kejahatan, maka tidaklah diberi pembalasan kepada orang-orang yang telah mengerjakan kejahatan itu, melainkan (seimbang) dengan apa yang dahulu mereka kerjakan.” (QS.Al-Qoshosh:84)
QS. 46 Al-Ahqoof : 19
Dan bagi masing-masing mereka derajat menurut apa yang telah mereka kerjakan, dan agar Allah mencukupkan bagi mereka (balasan) pekerjaan-pekerjaan mereka, sedang mereka tiada dirugikan.” (QS.Al-Ahqoof:19)
QS. 27 An-Naml : 89
Barangsiapa yang membawa kebaikan, maka ia memperoleh (balasan) yang lebih baik dari padanya, sedang mereka itu adalah orang-orang yang aman tenteram dari pada kejutan yang dahsyat pada hari itu.” (QS.An-Naml:89)
QS. 27 An-Naml : 90
Dan barang siapa yang membawa kejahatan, maka disungkurkanlah muka mereka ke dalam neraka. Tiadalah kamu dibalasi, melainkan (setimpal) dengan apa yang dahulu kamu kerjakan.” (QS.An-Naml:90)
QS. 45 Al-Jatsiyah : 15
Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, maka itu adalah untuk dirinya sendiri. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, maka itu akan menimpa dirinya sendiri. Kemudian kepada Tuhanmu-lah kamu dikembalikan.” (QS.Al-Jatsiyah:15)

LARANGAN MENYOLATKAN DAN MENDO’AKAN JENAZAH ORANG KAFIR DAN MUNAFIK
Orang yang mengaku beragama Islam tapi tidak mau melaksanakan sholat waib 5 waktu adalah termasuk kafir. Karena yang membedakan seseorang dengan kekafirannya adalah sholat fardlunya yang 5 waktu. Sekalipun mereka itu keluarga kita, jika kafir maka jenazahnya dilarang oleh Allah untuk dishalatkan dan dido’akan.
QS. 2 Al-Baqoroh : 98
Barang siapa yang menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril dan Mikail, maka sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir.” (QS.Al-Baqoroh:98)
Bahkan bagi orang munafik (mengaku beriman tetapi sebenarnya tidak) tempatnya adalah di neraka yang paling bawah atau menjadi intip neraka.
QS. 9 At-Taubah : 84
Dan janganlah kamu sekali-kali menyembahyangkan (jenazah) seorang yang mati di antara mereka, dan janganlah kamu berdiri (mendo’akan) di kuburnya ! Sesungguhnya mereka telah kafir kepada Allah dan rasul-Nya, dan mereka mati dalam keadaan fasik.” (QS.At-Taubah:84)
Ayat ini diturunkan berkenaan dengan Nabi Muhammad yang diperbolehkan untuk menziarahi makam ibunya tetapi tidak boleh mendo’akannya / memintakan ampunan dari Allah untuk ibunya, karena ibunya kafir. Ini suatu bukti kebenaran dari Allah bahwa jangankan kita manusia biasa yang banyak dosa, sedangkan Rasululloh saja manusia sempurna yang bersih dari dosa dan dijamin mendapat pahala yang besar dan tidak terputus sedikit pun tidak bisa membagikan atau mengirimkan pahalanya untuk meringankan / menebus dosa atau menyelamatkan ibunya dari adzab Allah. Karena sudah jelas ketentuan dari Allah bahwa pahala itu tidak bisa dikirim-kirim atau dibagikan untuk orang lain. Mengapa manusia biasa seperti kita yang justru banyak dosa malah merasa lebih hebat dari Rasul, dengan sengaja men-tradisi-kan mengirim-ngirim pahala Yaasiinan dan Tahlilan untuk orang mati?
QS. 68 Al-Qolam : 2-3
Berkat nikmat Tuhanmu, kamu (Muhammad) sekali-kali bukan orang gila. Dan sesungguhnya bagi kamu benar-benar pahala yang besar yang tidak putus-putusnya.” (QS.Al-Qolam:2-3)
QS. 9 At-Taubah : 113
Tiadalah sepatutnya bagi nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat(nya), sesudah jelas bagi mereka bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka Jahanam.” (QS.At-Taubah:113)
Dari kedua ayat tersebut jelas bahwa kita beragama Islam hanya boleh mendo’akan sesama Muslim. Adapun untuk orang kafir (yang hidup) boleh dido’akan agar mendapat hidayah tapi jangan dimintakan ampun Allah. Dan untuk orang kafir yang mati, Allah melarang kita menyolatkan dan mendo’akan jenazahnya, sekali pun mereka keluarga kita. Jangankan kita manusia biasa, sedangkan para Nabi saja dilarang. Bukti bahwa dosa itu tidak dapat ditebus / diringankan sekalipun oleh keluarganya adalah isteri Fir’aun yang sholihah tidak bisa membela suaminya (Fir’aun), Nabi Nuh tidak dapat menyelamatkan anak istrinya, juga Nabi Luth tidak bisa menolong istrinya yang durhaka kepada Allah.
QS. 9 At-Taubah : 114
Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh Allah, maka Ibrahim berlepas diri dari padanya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun.” (QS.At-Taubah:114)

LARANGAN SILATURRAHIM (DUDUK BERSAMA / BERKUMPUL) DALAM ACARA MEMPEROLOK-OLOK ALLAH TERMASUK ACARA YAASIINAN DAN TAHLILAN UNTUK ORANG MATI
QS. 4 An-Nisaa’ : 140
Dan sungguh Allah telah menurunkan kekuatan kepada kamu di dalam Al-Qur’an bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam Jahannam.” (QS.An-Nisaa’:140)
QS. 6 Al-An’am : 1
Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan langit dan bumi, dan mengadakan gelap dan terang. Namun orang-orang yang kafir mempersekutukan (sesuatu) dengan Tuhan mereka.” (QS.Al-An’am:1)
QS. 6 Al-An’am : 68
“Dan apabila kamu melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka membicarakan pembicaraan yang lain. Dan jika syaitan menjadikan kamu lupa (akan larangan ini), maka janganlah kamu duduk bersama orang-orang yang zalim itu sesudah teringat (akan larangan itu).” (QS.Al-An’am:68)
QS. 68 Al-Qolam : 8
Maka janganlah kamu ikuti orang-orang yang mendustakan (ayat-ayat Allah).” (QS.Al-Qolam:8)
Berdasarkan ayat-ayat di atas maka jelaslah bahwa acara Yasiinan dan Tahlilan untuk orang mati untuk meringankan dosa si mayyit termasuk mengingkari dan memperolok-olok ayat-ayat Allah (Al-Qur’an). Jangankan mengikuti acara itu dengan ikut serta membaca Yaasiin dan Tahlil, bahkan berkumpul dengan niat ber-silaturrohim (tidak ikut membaca)-pun dilarang keras. Yang melarang itu Allah ! Meskipun cuma datang dan tidak ikut membaca Yaasiin dan Tahlil, tapi jika duduk bersama di situ maka kita termasuk ke dalam golongan mereka yang sedang mengingkari / memperolok-olok ayat-ayat Allah!!!

SETIAP PERBUATAN MANUSIA KELAK AKAN DIPERHITUNGKAN OLEH ALLAH. DAN RASUL AKAN MENJADI SAKSI APAKAH PERBUATAN YANG KITA LAKUKAN SESUAI DENGAN TUNTUNAN RASUL ATAU SEBALIKNYA
QS. 4 An-Nisaa’ : 41
Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila Kami mendatangkan seseorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat, dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu)[18].” (QS.An-Nisaa’:41)
Jadi Rasul saja tidak pernah melakukan / mencontohkan peringatan kematian (seperti dengan tradisi Yaasiinan dan Tahlilan), tetapi umatnya malah melakukannya. Maka jelas perbuatan itu tidak sesuai dengan perintah Allah!!! Amalan tersebut bukanlah amal shaleh yang berpahala, tetapi justru amal yang salah dan berdosa!!! Muhammad itu diutus sebagai Rasululloh adalah untuk menjadi contoh teladan bagi semua manusia. Jika manusia (terutama umat Islam) melakukan ibadah baru yang tidak pernah dilakukan / dicontohkan oleh Nabi, berarti mereka menganggap bahwa nabi itu bodoh, menganggap dirinya lebih pintar / hebat daripada Nabi.

MANUSIA JADI SAKSI ATAS PERBUATANNYA SENDIRI
QS. 36 Yaasiin : 65
Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan.” (QS.Yaasiin:65)
QS. 75 Al-Qiyaamah : 14
Bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya sendiri[19].” (QS.Al-Qiyaamah:14)
QS. 24 An-Nuur : 24
Pada hari (ketika) lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan.” (QS.An-Nuur:24)
Maksud dari ayat ini adalah bahwa anggota badan manusia menjadi saksi terhadap pekerjaan yang telah mereka lakukan.

TOLONG-MENLONGLAH HANYA DALAM KEBAIKAN DAN TAQWA, DAN JANGAN TOLONG-MENOLONG DALAM PERBUATAN DOSA DAN PERMUSUHAN
Tradisi Yaasiinan dan Tahlilan untuk peringatan kematian, mengirim pahala dan upaya meringankan dosa si mayyit adalah melanggar aturan Allah dan Rasul, alias tidak sesuai dengan ajaran Al-Qur’an dan Sunnah!!! Jika kita membantu acara tersebut baik dengan tenaga, fikiran, waktu dan uang alias “rewang dan nyumbang”, berarti kita turut serta mendurhakai Allah dan Rasul!!!
Allah telah memberi aturan bagaimana sebaiknya membelanjakan harta dan menolong sesama.
QS. 5 Al-Maidah : 2
…dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa! Dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran! Dan bertakwalah kamu kepada Allah! Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (QS.Al-Maidah:2)
QS. 2 Al-Baqoroh : 195
Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah! Karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (QS.Al-Baqoroh:195)

MANUSIA DICIPTAKAN HANYA UNTUK BERIBADAH KEPADA ALLAH
QS. 51 Adz-Dzariyaat : 56
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS.Adz-Dzariyaat:56)
Ibadah yang sesungguhnya adalah ibadah karena Allah, “Inna shalaati wanuusuki wa mahyaaya wa maamati lilaahirrobbil ’alamin = Sesungguhnya ibadahku, dan sholatku, dan hidupku dan matiku hanya untuk Tuhan semesta alam.” Sayangnya banyak manusia yang beribadah bukan lillaah tetapi linnas/bukan karena Allah tetapi karena manusia (segan/pakewuh) kepada manusia. Jika manusia lebih takut kepada manusia melebihi takutnya kepada Allah berarti Syirik. Contohnya sudah tahu bahwa Yaasiinan dan Tahlilan untuk peringatan kematian itu jelas mendurhakai Allah dan Rasul tetapi melaksanakannya juga. Banyak alasannya antara lain: karena takut dibenci, dimusuhi oleh manusia lainnya entah itu suami/isteri, mertua, orangtua, saudara, tetangganya dsb.
Syirik itu di antaranya jika manusia lebih taat kepada manusia daripada taat kepada Allah, bahkan sampai tidak taat kepada Allah. Jika manusia lebih suka disenangi manusia daripada disenangi oleh Allah, lebih takut kepada ancaman dari manusia daripada ancaman dari Allah, maka dia telah syirik kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka bersiaplah tinggal di Neraka. Na’udzubillah min dzalik. “Syirik adalah dosa besar yang tidak diampuni oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.”

CIRI MANUSIA YANG “TAQLID” (BERIBADAH TANPA ILMU / ASAL MENGIKUTI TRADISI NENEK MOYANG) ADALAH TIDAK MAU MENGIKUTI ATURAN ALLAH, MEREKA MENENTANG ALLAH DAN MENOLAK AL-QUR’AN
QS. 2 Al-Baqoroh : 170
“Dan apabila dikatakan kepada mereka: ‘Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah.’ Mereka menjawab: ‘(Tidak) ! Tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami.’ (Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?" (QS.Al-Baqoroh:170)
QS. 5 Al-Maidah : 104
Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu! Tiadalah orang yang sesat itu akan memberi mudharat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk[20]. Hanya kepada Allah kamu kembali semuanya, maka Dia akan menerangkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS.Al-Maidah:104)
QS. 31 Luqman : 21
Dan apabila dikatakan kepada mereka: ‘Ikutilah apa yang diturunkan Allah.’ Mereka menjawab: ‘(Tidak) ! Tapi kami (hanya) mengikuti apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya.’ Dan apakah mereka (akan mengikuti bapak-bapak mereka) walaupun syaitan itu menyeru mereka ke dalam siksa api yang menyala-nyala (neraka)?” (QS.Luqman:21)

BALASAN BAGI MANUSIA YANG MENENTANG ALLAH DAN MENOLAK AL QUR’AN ADALAH NERAKA DAN DIHIMPUN DALAM KEADAAN BUTA
QS. 22 Al-Hajj : 51
Dan orang-orang yang berusaha dengan maksud menentang ayat-ayat Kami dengan melemahkan (kemauan untuk beriman); mereka itu adalah penghuni-penghuni neraka.” (QS.Al-Hajj:51)
QS. 20 Thoohaa : 100
Barangsiapa berpaling dari pada Al-Qur'an, maka sesungguhnya ia akan memikul dosa yang besar di hari kiamat.” (QS.Thoohaa:100)
QS. 20 Thoohaa : 124
Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta." (QS.Thoohaa:124)
QS. 34 Saba’ : 5
Dan orang-orang yang berusaha untuk (menentang) ayat-ayat Kami dengan anggapan mereka dapat melemahkan (menggagalkan azab Kami), mereka itu memperoleh azab, yaitu (jenis) azab yang pedih.” (QS.Saba’:5)
QS. 7 Al-A’roof: 36
Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, mereka itu penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.” (QS.Al-A’roof:36)

ORANG-ORANG YANG MENOLAK / MENDUSTAKAN AL-QUR’AN, MAKA DO’A DAN AMALNYA TIDAK DITERIMA DAN TIDAK MUNGKIN BISA MASUK SYURGA
QS. 7 Al-A’roof : 40
Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit[21] dan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lubang jarum[22]. Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat kejahatan.” (QS.Al-A’roof:40)
QS. 7 Al-A’roof : 41
Mereka mempunyai tikar tidur dari api neraka dan di atas mereka ada selimut (api neraka)[23]. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang zalim.” (QS.Al-A’roof:41)
QS. 7 Al-A’roof : 147
Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan mendustakan akan menemui akhirat, sia-sialah perbuatan mereka. Mereka tidak diberi balasan selain dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS.Al-A’roof:147)

ORANG-ORANG YANG MENDUSTAKAN AL-QUR’AN ADALAH SEPERTI ANJING !!!
QS. 7 Al-A’roof : 176
Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu. Tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing; jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya, dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir.” (QS.Al-A’roof:176)
QS. 7 Al-A’roof : 177
 “Amat buruklah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami; dan kepada diri mereka sendirilah mereka berbuat zalim.” (QS.Al-A’roof:177)

“Hadits-hadits Tentang Keutamaan Surah Yaasiin, Satupun Tidak Ada yang Shohih !!!”

Banyak hadits-hadits yang tersebar di kalangan masyarakat menjelaskan keutamaan-keutamaan sebagian surat-surat Al-Qur’an. Namun sayangnya, banyak di antara hadits itu yang lemah, bahkan palsu.
Kebanyakan umat Islam membaca surat Yaasiin karena mengetahui hadits-hadits yang menerangkan keutamaannya. Tetapi setelah dikaji dan diteliti, ternyata semua hadits yang menerangkan fadhilah (keutamaan) surat Yaasiin adalah hadits dho’if (lemah), dho’if jiddan (lemah sekali), munkar, dan maudhu’ (palsu).

Hadits pertama :
عن معقل بن يسار رضي الله عنه: أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: “قلب القرآن ((يس))، لا يقرؤها رجل يريد الله والدار الآخرة: إلا غفر الله له، اقرؤها على موتكم
Hati Al-Qur`an adalah Yaasin. Tidaklah membacanya seorang lelaki yang menginginkan Allah dan kehidupan akhirat; kecuali Allah Ta`ala akan memberikan ampunan baginya, bacakanlah Yaasiin itu atas orang yang meninggal di antara kalian.”
Asy Syaikh al Albaaniy rahimahullah telah berkata: “Hadits ini dho`iif (lemah).

Hadits kedua :
إن لكل شيء قلبا، وقلب القرآن ((يس))، ومن قرأ ((يس)): كتب الله له بقراءتها قراءة القرآن عشر مرات
Sesungguhnya bagi segala sesuatu ada hati, dan hati Al-Qur`an adalah Yaasiin. Dan barang siapa membaca Yaasiin, Allah Tabaaraka wa Ta`aala menuliskan baginya dengan bacaannya itu seperti membaca Al-Qur`an sepuluh kali.”
Hadits ini diriwayatkan oleh At-Tirmidzi (no.3048) dan Ad-Darimi 2:456.
Hadits ini adalah hadits maudhu’ (palsu), karena dalam sanadnya terdapat dua rawi hadits yang tertuduh dusta, yaitu: Harun Abu Muhammad dan Muqotil bin Sulaiman. Karenanya, ahli Hadits zaman ini, yaitu Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albaniy rahimakumullah menggolongkannya sebagai hadits palsu dalam kitabnya As-Silsilah Adh-Dho’ifah (no.169).
Asy Syaikh al Albaaniy rahimahullahu mengatakan bahwa hadits ini Maudhuu’ (palsu).
Di dalam “al `Ial” (2/55-56) oleh Ibnu Abi Haatim: “Saya bertanya kepada bapak saya tentang hadits ini? Beliau menjawab: Muqaatil ini adalah Muqaatil bin Sulaimaan. Saya melihat hadits ini di awal kitab yang dikarang oleh Muqaatil bin Sulaimaan. Hadits ini hadits bathil tidak ada ashol baginya.” (Silsilah Hadits Dha’if no.169 hal 202-203)
Imam Waqi’ berkata, “Ia adalah tukang dusta.”
Imam Nasa’i berkata, “Muqatil bin Sulaiman sering dusta.”

Hadits ketiga :
Dan pada bab ini juga dari jalan Abu Bakr as Shiddiiq, tidak shohih dari sisi sanadnya, isnadnya lemah.
وعن جندب رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : “من قرأ ((يس)) في ليلة ابتغاء وجه الله: غفر له.”
Dari Jundub radhiallahu `anhu berkata: berkata Rasulullahi Shollallahu `alaihi wa Sallam: ‘Barang siapa yang membaca Yaasiin pada malam hari mencari Wajah Allah, Allah Tabaaraka wa Ta`aala mengampuni dosanya.’”
Asy Syaikh al Baaniy rahimakumullahu mengatakan bahwa hadits ini dho`iif (lemah).

Hadits keempat :
البقرة” سنام القرآن وذروته، ونزل مع كل آية منها ثمانون ملكا، واستخرجت ((الله لا إله إلا هو الحي القيوم)) من تحت العرش فوصلت بها-أو : فوصلت ب-سورة ((البقرة))، و((يس)) قلب القرآن، لا يقرؤها رجل يريد الله تبارك وتعالى والدار الآخرة، إلا غفر له، واقرؤوها على موتكم
Al-Baqarah adalah puncak Al-Qur’an dan yang tertinggi, dan turun bersama setiap ayat dari Al-Baqarah tersebut delapan puluh orang malaikat, dan dikeluarkan ayat Al-Kursi dari bawah al `Arsy maka disambungkan dengan surah Al-Baqarah. Dan Yaasiin adalah hati daripada Al-Qur’an. Tidaklah membacanya seorang lelaki yang menginginkan Allah Tabaaraka wa Ta`aala dan kehidupan akhirat; kecuali diampuni dia. Dan bacakanlah Yaasiin itu atas orang mati.”
Asy Syaikh al Albaaniy rahimahullahu mengatakan bahwa hadits ini Mungkar.

Hadits kelima :
إني فرضت على أمتي قراءة ((يس)) كل ليلة، فمن داوم على قراءتها كل ليلة ثم مات، مات شهيدا
Sesungguhnya saya telah mewajibkan atas ummat saya membaca surah Yaasiin setiap malam. Maka barang siapa yang selalu membacanya setiap malam, kemudian dia meninggal, meninggalnya dalam keadaan syahiid.”
Asy Syaikh al Albaaniy mengatakan bahwa hadits ini Maudhuu` (palsu).

Hadits keenam:
Barang siapa membaca surah Yaasiin pada malam Jum’at maka dia akan diampuni dosanya.”
Hadits ini derajatnya “Maudhu’ (palsu).” Terdapat dalam kitab at Taghrib wa at Tarhib oleh as Asfahani, di dalam sanadnya terdapat perawi Mungkarul hadits yang bernama “Aghlab bin Tamim.

Hadits ketujuh :
Barang siapa membaca surah Yaasiin pada malam hari maka di diampuni dosanya sampai pagi hari.
Hadits ini derajatnya “Maudhu’ (palsu).” Semua jalan perawi hadits ini bathil / tidak sah, dan hadits ini tidak ada asal-usulnya, sebagaimana dikatakan oleh Ibnul Jauzi dalam al Maudhu’at 1/127. Dan penyebab tidak diterimanya hadits ini karena perawi hadits ini (Muhammad bin Zakaria) adalah perawi yang suka memalsukan hadits.

Hadits kedelapan :
Bacakan surah Yaasiin untuk orang mati di antara kalian.
Hadits ini derajatnya dhoif (lemah). Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Nasa’i, di dalamnya terdapat perawi yang tidak dikenal, yaitu yang bernama Abu Utsman, sebagaimana yang dijelaskan oleh Ibnul Munzir dalam Aunul Ma’bud Syarh Abu Dawud 8/390. Begitu pula yang dijelaskan oleh imam Nawawi, bahkan beliau menambahkan bahwa dalam hadits ini ada 2 perawi yang tidak dikenal, yaitu Abu Utsman dan Bapaknya. Keduanya adalah perawi Majhul (tidak dikenal).

Hadits kesembilan :
Sesungguhnya Allah Tabaroka Wa Ta’ala membaca surah Thoha dan surah Yaasiin 2000 tahun sebelum diciptakannya Nabi Adam ‘alaihis salam. Ketika para malaikat mendengar kedua surah itu dari Al-Qur’an, mereka mengatakan: ‘Berbahagialah bagi umat yang turun Al-Qur’an ini kepada mereka, alangkah bagusnya lisan-lisan yang berbicara dengan Al-Qur’an ini dan alangkah bagusnya rongga-rongga yang terisi penuh dengan Al-Qur’an ini.’“
Hadits ini derajatnya “mungkar.” Dalam sanad hadits ini ada perawi yang dikritik oleh para ‘ulama (seperti Imam Ibnu Katsir) yang mengkritik salah satu perawinya yaitu Ibrohim bin Muhajir. Imam Bukhori dan Ibnu Hibban mengatakan bahwa dia adalah seorang mungkarul hadits.  Bahkan dalam sanad ini ada perawi lain yang yang lemah sekali, yaitu Umar bin Hafs bin Dhakwan.

Hadits kesepuluh :
Seorang yang akan mati, lalu dibacakan untuknya surah Yaasiin, pasti diringankan (dimudahkan) kematiannya.
Hadits ini “Maudhu (palsu).

Hadits kesebelas :
Barangsiapa berziarah ke kubur kedua orang tuanya setiap hari Jum’at, lalu membaca di samping kubur kedua orang tuanya atau kubur salah seorang dari keduanya surah Yaasiin, niscaya diampuni dengan setiap ayat atau huruf (yang dibacanya).”
Hadits ini Maudhuu’ (palsu).

Hadits keduabelas :
Barangsiapa yang membaca surat Yaasiin dalam suatu malam, maka ketika ia bangun pagi hari diampuni dosanya. Dan barangsiapa yang membaca surat Ad-Dukhaan pada malam jum’at, maka ketika ia bangun pagi hari diampuni dosanya.
Hadist ini adalah hadits maudhu’ (palsu).
Ibnul Jauzi mengatakan bahwa hadits ini dari semua jalannya adalah batil, tidak ada asalnya.
Imam Daruquthni berkata, “Muhammad bin Zakaria yang ada dalam sanad hadits ini adalah tukang pemalsu hadits.”
[Al-Maudu’at, Ibnul Jauzi, I/246-247, Muzanul I’tidal III/549, Lisanul Mizan V/168, Al-Fawaidul Majmua’ah hal.268 no.944]

Hadits ketigabelas :
Barangsiapa yang membaca surat Yaasiin pada malam hari karena mencari keridhaan Allah, niscaya Allah mengampuni dosanya.
Hadits ini adalah hadits dho’if (lemah).
Hadits ini diriwayatkan oleh Thabrani dalam kitabnya (Mu’jamul Ausath dan Ash-Shaghir), dari Abu Hurairah radhiyallohu ‘anhu. Tetapi dalam sanadnya terdapat rawi yang bernama “Aghlab bin Tamim.” Menurut Imam Bukhari, dia adalah munkarijul hadits. Dan menurut Ibnu Ma’in, dia tidak ada apa-apanya (tidak kuat=lemah).
[Mizanul I’tidal I:273-274, Lisanul Mizan I:464-465]

Hadits keempatbelas :
Barangsiapa yang terus-menerus membaca surat Yaasiin pada setiap malam, kemudian ia mati, maka ia mati syahid.
Hadits ini adalah hadits maudhu’ (palsu).
Hadits ini diriwayatkan oleh Thabrani dalam Mu’jam Shaghir dari Anas. Tetapi dalam sanadnya terdapat rawi yang bernama Sa’id bin Musa Al-Azdy. Dia adalah seorang pendusta. Dan dia dituduh oleh Ibnu Hibban bahwa dia sering memalsukan hadits.
[Tuhfatudz Dzakirin hal.340, Mizanul I’tidal II:159-160, Lisanul Mizan III:44-45]


Hadits kelimabelas :
Barangsiapa membaca surat Yaasiin pada permulaan siang (pagi hari), maka akan diluluskan semua hajatnya.
Hadits ini adalah hadits dho’if (lemah).
Hadits ini diriwayatkan oleh Ad-Darimi dari jalur Al-Walid bin Syuja’. Pembawa hadits ini (Atha’ bin Abi Rabah) tidak pernah bertemu dengan Rasulullah Sholallohu ‘alaihi wa Salam. Karena dia lahir pada tahun 24 H dan wafat tahun 114 H.
[Kitab Sunan Ad-Darimi 2:457, Misykatul Mashabih, takhrij no.2177, Mizanul I’tidal III:70, Taqribut Tahdzib II:22]

Hadits keenambelas :
Barangsiapa yang membaca Al-Qur’an satu kali, seolah-olah dia membaca Al-Qur’an dua kali.
Hadits ini adalah maudhu’ (palsu).
[Dha’if Jamiush Shaghir, no.5801 oleh Syaikh Al-Albani]

Hadits ketujuhbelas :
Barangsiapa yang membaca surat Yaasiin di pagi hari maka akan dimudahkan (untuknya) urusan hari itu sampai sore. Dan barangsiapa yang membacanya di awal malam (sore) maka akan dimudahkan urusannya malam itu sampai pagi.
Hadits ini adalah dho’if (lemah).
Hadits ini diriwayatkan oleh Ad-Darimi 2:457 dari jalur Amr bin Zararah. Dalam sanad hadits ini terdapat Syahr bin Hausyab.
Ibnu Hajar berkata, “Ia banyak me-mursal-kan hadits dan banyak keliru.”
[Taqrib I:355, Mizanul I’tidal II:283]

Hadits kedelapanbelas :
Tidak seorang pun akan mati, lalu dibacakan Yaasiin di sisinya melainkan Allah akan memudahkan (kematian itu) di atasnya.
Hadits ini adalah hadits maudhu’ (palsu).
Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dalam kitab Akhbaru Ashbahan 1:188. Dalam sanad hadits ini terdapat Marwan bin Salim Al Jazari.
Imam Ahmad dan Nasa’i berkata, “Ia tidak bisa dipercaya.”
Imam Bukhari, Muslim, dan Abu Hatim berkata, “Ia munkarijul hadits.”
Abu ‘Urubah Al Harrani berkata, “Ia sering memalsukan hadits.”

Kesimpulan :
Dengan demikian jelaslah bahwa hadits-hadits tentang fadhilah dan keutamaan surat Yaasiin, semuanya LEMAH dan PALSU. Oleh karena itu, hadits-hadits tersebut tidak boleh dijadikan sebagai hujjah untuk menyatakan keutamaan-keutamaan surat ini dan surat yang lain, dan tidak bisa pula untuk menetapkan ganjaran atau penghapusan dosa bagi mereka yang membaca surat ini.
Memang ada hadits-hadits shahih tentang keutamaan surat Al-Qur’an selain surat Yaasiin, tetapi tidak menyebut soal pahala.

“Mengapa terdapat hadits-hadits palsu yang menerangkan fadhilah (keutamaan) surat-surat tertentu dari Al-Qur’an?”
Abdullah bin Mubarak berkata, “Aku berat sangka bahwa orang-orang zindiq[24] itulah orang yang telah membuat riwayat-riwayat itu (hadits-hadits tentang fadhilah surat-surat tertentu.”
Ibnul Qoyyim Al-Jauziyah berkata, “Semua hadits yang mengatakan, ‘Barangsiapa membaca surat ini, akan diberikan ganjaran begini dan begitu,’ SEMUA HADITS TENTANG ITU ADALAH PALSU ! Sesungguhnya orang-orang yang memalsukan hadits-hadits itu telah mengakuinya sendiri. Mereka berkata, ‘Tujuan kita membuat hadits-hadits palsu adalah agar mereka sibuk dengan membaca surat-surat tertentu (dari Al-Qur’an) dan menjauhkan mereka dari isi Al-Qur’an yang lain, juga kitab-kitab selain Al-Qur’an.
[Al-Manarul Munffish Shahih Wadh – Dha’if hal 113-115]

“Nasihat Bagi Para Da’i”
Jika kalian memberikan nasihat dan wejangan kepada para jama’ah, maka janganlah kalian menghiasi ceramah kalian dengan hadits-hadits dho’if dan palsu!!! Sayangilah diri kalian sebelum kalian terkena sabda Nabi Shollallahu ‘alaihi wasallam:
Barangsiapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja, maka hendaklah ia mengambil tempat duduknya di neraka.” [HR.Al-Bukhoriy dan Muslim]
@@@ KEBENARAN ADALAH SEGALANYA @@@

QS. 7 AL A’RAAF : 1–15
Artinya :
Dengan menyebut Nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
1.   Alif laam mim shaad.
2.   Ini adalah sebuah Kitab yang diturunkan kepadamu, maka janganlah ada kesempitan di dalam dadamu karenanya, supaya kamu memberi peringatan dengan Kitab itu (kepada orang kafir), dan menjadi pelajaran bagi orang-orang yang beriman.
3.   Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya[25]. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran (daripadanya).
4.   Betapa banyaknya negeri yang telah Kami binasakan, maka datanglah siksaan Kami (menimpa penduduk)nya di waktu mereka berada di malam hari, atau di waktu mereka beristirahat di tengah hari.
5.   Maka tidak adalah keluhan mereka di waktu datang kepada mereka siksaan Kami, kecuali mengatakan: "Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang zalim".
6.   Maka sesungguhnya Kami akan menanyai umat-umat yang telah diutus rasul-rasul kepada mereka dan sesungguhnya Kami akan menanyai (pula) rasul-rasul (Kami).
7.   Maka sesungguhnya akan Kami kabarkan kepada mereka (apa-apa yang telah mereka perbuat), sedang (Kami) mengetahui (keadaan mereka), dan Kami sekali-kali tidak jauh (dari mereka).
8.   Timbangan pada hari itu ialah kebenaran (keadilan). Maka barangsiapa berat timbangan kebaikannya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.
9.   Dan siapa yang ringan timbangan kebaikannya, maka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, disebabkan mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami.
10. Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan Kami adakan bagimu di muka bumi (sumber) penghidupan. Amat sedikitlah kamu bersyukur.
11. Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada para malaikat: "Bersujudlah kamu kepada Adam!" Maka mereka pun bersujud kecuali iblis. Dia (Iblis) tidak termasuk mereka yang bersujud.
12. Allah berfirman: "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?" Iblis menjawab, "Saya lebih baik daripadanya. Engkau ciptakan saya dari api, sedang dia Engkau ciptakan dari tanah."
13. Allah berfirman: "Turunlah kamu dari surga itu; karena kamu sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, maka keluarlah ! Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina."
14. Iblis menjawab: "Beri tangguhlah saya[26] sampai waktu mereka dibangkitkan."
15. Allah berfirman: "Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh."

QS. 67 AL-MULK : 1-2
Maha Suci Allah yang di tangan-Nya-lah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS.Al-Mulk:1-2)

= = = =  Wassalam  = = = =
 

Keterangan nomor:
[1]  Maksudnya jin dan manusia.
[2]  Seperti menghalalkan memakan apa-apa yang telah diharamkan Allah dan mengharamkan apa-apa yang telah dihalalkan Allah, menyatakan bahwa Allah mempunyai anak.
[3]  Yang dimaksud dengan “takut kepada Allah” ialah takut kepada Allah disebabkan dosa-dosa yang telah dikerjakannya. Dan yang dimaksud dengan “takwa” ialah memelihara diri dari segala macam dosa-dosa yang mungkin terjadi.
[4]  Ialah orang-orang yang amat teguh kepercayaannya kepada kebenaran rasul, dan inilah orang-orang yang dianugerahi nikmat sebagaimana yang tersebut dalam surah Al-Faatihah ayat 7.
[5]  Maksudnya: nabi Muhammad tidak dapat memberi petunjuk kepada orang-orang musyrikin yang telah mati hatinya.
[6]  Yaitu hidup dalam alam yang lain yang bukan alam kita ini, di mana mereka mendapat kenikmatan-kenikmatan di sisi Allah, dan hanya Allah saja-lah yang mengetahui bagaimana keadaan hidup itu.
[7]  Maksudnya: orang-orang yang mati itu rohnya ditahan Allah sehingga tidak dapat kembali kepada tubuhnya; dan orang-orang yang tidak mati hanya tidur saja, rohnya dilepaskan sehingga dapat kembali kepadanya lagi.
[8]  Maksud “tidak mati” ialah dia selalu merasakan azab dan maksud tidak hidup ialah hidup yang dapat dipergunakannya untuk bertaubat.
[9]  Maksudnya: masing-masing orang memikul dosanya sendiri-sendiri.
[10] Sebagian ahli tafsir menafsirkan “bil ghaib” dalam ayat ini ialah ketika orang-orang itu sendirian tanpa melihat orang lain.
[11] Yang dimaksud dengan tambahannya ialah kenikmatan melihat Allah.
[12] Maksudnya ialah muka mereka berseri-seri dan tidak ada sedikitpun tanda kesusahan.
[13] Yaitu hidup dalam alam yang lain yang bukan alam kita ini, di mana mereka mendapat kenikmatan-kenikmatan di sisi Allah, dan Hanya Allah sajalah yang mengetahui bagaimana keadaan hidup itu.
[14] Maksudnya ialah teman-temannya yang masih hidup dan tetap berjihad di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
[15] Di antara yang mereka sembunyikan itu ialah: Tuhan akan mengutus seorang nabi dari keturunan Ismail yang akan membangun umat yang besar di belakang hari, yaitu nabi Muhammad Sholallohu ‘alaihi wa salam.
[16] Maksudnya adalah melampaui batas tentang yang diminta dan cara meminta.
[17] Maksud ayat ini ialah tidak perlu mengeraskan suara dalam berdo’a, karena Allah mendengar semua do’a itu walaupun diucapkan dengan suara rendah.
[18] Seorang nabi menjadi saksi atas perbuatan tiap-tiap umatnya, apakah perbuatan itu sesuai dengan perintah dan larangan Allah atau tidak.
[19] Maksudnya ayat ini ialah, bahwa anggota-anggota badan manusia menjadi saksi terhadap pekerjaan yang telah mereka lakukan seperti tersebut dalam surah Nuur ayat 24.
[20] Maksudnya: kesesatan orang lain itu tidak akan memberi mudharat kepadamu, asal kamu telah mendapat petunjuk. Tapi tidaklah berarti bahwa orang tidak disuruh berbuat yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar.
[21] Artinya: do’a dan amal mereka tidak diterima oleh Allah.
[22] Artinya: mereka tidak mungkin masuk surga sebagaimana tidak mungkin masuknya unta ke lubang jarum.
[23] Maksudnya: mereka terkepung dalam api neraka.
[24] Zindiq adalah orang yang berpura-pura Islam. Mengaku Islam, numum akhlaknya tidak Islam.
[25] Maksudnya: pemimpin-pemimpin yang membawamu kepada kesesatan.
[26] Maksudnya: janganlah saya dan anak cucu saya dimatikan sampai hari kiamat sehingga saya berkesempatan menggoda Adam dan anak cucunya.

Oleh: Muhamad Wahyu Hidayat